Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

LEGENDA BENDUNGAN KRAMAT BATANG (CERITA RAKYAT BATANG)

Konon pada waktu Mataram mempersiapkan daerah- daerah peratanian untuk mencukupi persediaan beras bagi para prajurit Mataram yang akan mengadakan penyerangan ke Batavia, Bahurekso mendapat tugas membuka hutan Roban untuk dijadikan daerah pesawahan. Hambatan dalam pelaksanaan tesebut ternyata cukup banyak. Para pekerja penebang hutan banyak yang sakit dan mati karena konon diganggu oleh jin, setan peri prayangan, atau siluman- siluman penjaga hutan Roban, yang dipimpin raja mereka Dadungawuk. Namun berkat kesaktian Bahurekso, raja siluman itu dapat dikalahkan dan berakhirlah gangguan-gangguan tersebut walaupun dengan syarat bahwa para siluman itu harus mendapatkan bagian dari hasil panen tersebut. Demikianlah hutan Roban sebelah barat ditebang seluruhnya. Tugas kini tinggal mengusahakan pengairan atas lahan yang telah dibuka itu. Tetapi pada pelaksanaan sisa pekerjaan inipun tidak luput dri gangguan maupun halangan-halangan. Gangguan utama adalah dari raja siluman Uling yang bernama Kol...

SEJARAH ASAL - USUL GOA ASWATAMA UJUNG NEGORO KANDEMAN BATANG

Mitos Gua Aswatama di Pantai Ujung Negoro Batang Jawa Tengah - Pantai Ujung Negoro ini memiliki kharisma ganda, selain menawarkan wisata alam, disini juga menyajikan wisata budaya. Di bagian lain pantai ini menyimpan peninggalan sejarah, yaitu pemakaman Syeh Maulana Maghribi dan Gua Aswatama. Makan Syeh yang diyakini sebagai penyebar Islam di daerah ini. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada tanggal 15 Sapar (penanggalan Jawa) dimana digelar selamatan untuk Syeh Maulana Maghribi. Sedangkan Gua Aswatama sendiri memiliki legenda yang melekat di masyarakat. Alkisah pada perang Bharatayuda,  Pendeta Durna kalah melawan Pandawa. Sebagai upaya balas dendam, anak pendeta tersebut yang bernama Aswatama mengejar Pandawa hingga pantai Ujung Negoro. Tanpa hasil, Aswatama bersemedi di salah satu gua dengan berdoa pada sang Ibu di kayangan, yaitu Dewi Wilutama. Sang Dewi pun turun dan memberi kekuatan pada anaknya agar bisa menyusul Pandawa di Jonggring Saloka (Dieng). Dewi ...

SEJARAH WALI SAMA' DAN PADEPOKAN KAYU LANGIT (ASAL USUL DUKUH BUBUTAN) DONOREJO LIMPUNG BATANG

 A.  SEJARAH WALI SAMA' Pada abat 16 ketika Mataram dipimpin raja Sultan Agung, Belanda / Kompeni mulai menjajah dan berkuasa di Jakarta / Batavia. Sultan Agung berupaya untuk mengusir penjajah itu dari Tanah Jawa dan Nusantara ini, maka dibentuklah rencana persiapan penyerangan dan penyusunan strategi perang. Tumenggung Sura Agul Agul, Tumenggung Alap Alap dan Tumenggung Bahu Rekso merupakan tiga senopati agung untuk memimpin penyerangan itu.  Adapun kemenakan Sultan Agung yaitu Ibrahim Sam’an diberi tugas sebagai sesepuh dari Senopati wilayah Pantai Utara yang meliputi dari Brebes sampai Kendal. Ibrahim Sam’an adalah putra sulung dari Syeh Jangkung / Syaridin dengan Raden Ajeng Tulak / Ratu Mas Sekar Putri dari Raja Susuhunan Anyakrawati Mataram. Ratu Mas Sekar itu adik dari Sultan Agung.  Adapun Syeh Jangkung sampai menjadi menantu Raja Mataram sebab atas jasanya mampu meredam pemberontakan dari para goib yang akan menghancurkan Mataram dan mampu meredam pemberont...

LEGENDA DUMADOSING PADUSAN BANDAR

Nalika samanten ing negeri fana wonten randha kaliyan putranipun ingkang ayu sanget ingkang asma Rara Wiranti, manggen ing dusun Balang, kanthi griya ingkang prasaja mboten aneh menawi kathah tiyang jaler ingkang sami ngandharaken katresnanipun dhateng Rara Wiranti. Ing satunggaling dinten nalika Rara Wiranti nembe nyapu ing ngajeng griya, wonten satunggaling pemudha ingkang mertamu. Pemudha kala wau namanipun Bajidul, putranipun satunggaling demang ingkang nggadhai watak gumedhe lan kumalungkung. Bajidul tresna lang kepingin dados semahipun Rara Wiranti ananging katresna kala wau dipuntolak dening Rara Wiranti kanthi alus awit Rara Wiranti boten remen kaliyan Bajidul. Ingkang watak wantunipun mboten sae. Bajidul jengkel sanget, Rara Wiranti dipununek-unekaken ngangge tetembung ingkang mboten pantes. “Kurang apa aku iki? Aku nggantheng, wong tuaku demang sugeh, malah kalebu wong paling sugeh ing desa kene, kowe wani nolak, aku? Dhasar perawan ndesa,” Ujaripun Bajidul. “Ora ngono Bajidu...